Garpu adalah salah satu alat makan yang sangat biasa kita gunakan sehari-hari. Namun, siapa sangka, benda sederhana ini pernah dianggap berbahaya, sombong, bahkan dosa pada masa lalu? Dalam catatan sejarah Eropa abad pertengahan, penggunaan garpu sempat ditentang keras oleh kalangan gereja.
Awal Mula Garpu
Garpu pertama kali digunakan di wilayah Timur Tengah dan Bizantium sekitar abad ke-7 hingga ke-9. Alat ini berfungsi untuk mengambil daging panas atau makanan berkuah agar lebih mudah dimakan tanpa harus menggunakan tangan.
Ketika garpu mulai diperkenalkan ke Eropa melalui pernikahan bangsawan Bizantium dengan keluarga kerajaan Italia pada abad ke-11, benda ini justru memicu kontroversi.
Pandangan Gereja Terhadap Garpu
Banyak pemuka gereja di Eropa menentang penggunaan garpu. Ada beberapa alasan unik di balik larangan ini:
- Melawan Hukum AlamGereja berpendapat bahwa Tuhan sudah memberikan manusia jari tangan untuk makan.
- Simbol Kesombongan
Menggunakan garpu dipandang sebagai tanda kemewahan berlebihan dan kesombongan,
- Bentuknya Mirip Alat Iblis
Ujung garpu yang bercabang dua atau tiga membuat orang Eropa abad pertengahan
Perubahan Pandangan
Meskipun ditentang, garpu perlahan mulai digunakan di kalangan bangsawan Italia, terutama di Venesia dan Florence. Pada abad ke-16, Catherine de’ Medici memperkenalkan garpu ke Prancis setelah menikah dengan Raja Henry II. Dari sana, penggunaannya menyebar ke seluruh Eropa.
Butuh waktu hingga abad ke-18 bagi garpu untuk benar-benar diterima secara luas. Saat itu, penggunaannya dianggap lebih higienis dibandingkan makan dengan tangan langsung.
Fakta Unik
- Sekarang, garpu bahkan menjadi simbol tata krama makan yang baik, terutama di meja formal.
Penutup
Kisah larangan garpu oleh gereja menunjukkan betapa benda sederhana bisa memiliki sejarah panjang dan penuh kontroversi. Dari alat yang dianggap sombong dan setan, garpu kini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Sejarah aneh ini mengingatkan kita bahwa perubahan budaya seringkali berawal dari penolakan, sebelum akhirnya diterima sebagai hal yang wajar.