Di zaman modern, kucing dikenal sebagai hewan peliharaan lucu yang disayangi banyak orang. Tapi tahukah kamu, ribuan tahun yang lalu di Mesir Kuno, kucing bukan sekadar hewan peliharaan mereka adalah makhluk suci yang dianggap perwujudan dewa!
Kisah ini bukan mitos biasa. Dalam budaya Mesir Kuno, kucing memiliki tempat istimewa dalam agama, kehidupan sosial, dan bahkan hukum negara. Yuk, kita telusuri bagaimana kucing bisa naik derajat menjadi dewa di peradaban besar ini.
Awal Hubungan Kucing dan Manusia di Mesir
Sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi, orang Mesir mulai menjinakkan kucing liar Afrika untuk membantu mereka mengusir tikus dan ular dari lumbung gandum.
Namun, lama-kelamaan mereka menyadari bahwa kucing bukan hanya hewan berguna, tapi juga simbol perlindungan dan keberuntungan.
Kucing sering terlihat menjaga rumah, melindungi makanan, dan berperilaku tenang sifat yang dianggap melambangkan keseimbangan dan keharmonisan hidup.
Dewa Bastet – Dewa dengan Wajah Kucing
Dari sinilah muncul salah satu dewi paling terkenal di Mesir Kuno: Bastet (atau Bast).
Bastet digambarkan sebagai wanita dengan kepala kucing atau kucing betina sepenuhnya, dan menjadi simbol:
- Perlindungan rumah tangga
- Kesuburan
- Musik dan kebahagiaan
- Kasih sayang dan kelembutan
Orang Mesir percaya bahwa Bastet akan melindungi keluarga dan anak-anak dari roh jahat.
Mereka membangun kuil besar untuk Bastet di kota Bubastis, tempat ribuan kucing suci dipelihara dan dimuliakan.
Hukuman Berat bagi yang Menyakiti Kucing
Saking sucinya kucing di Mesir, menyakiti seekor kucing bisa dihukum mati!
Ada catatan sejarah dari penulis Yunani kuno, Herodotus, yang mengatakan bahwa ketika seekor kucing mati baik karena kecelakaan maupun sebab lain seluruh keluarga akan berkabung dan mencukur alis mereka sebagai tanda duka.
Bahkan ketika rumah terbakar, orang Mesir lebih memilih menyelamatkan kucing daripada barang-barang berharga!
Mereka percaya, jika seekor kucing mati secara tragis, kemarahan para dewa bisa turun ke rumah itu.
Kucing dan Dunia Setelah Mati
Kucing yang mati di Mesir tidak dibuang begitu saja.
Banyak kucing yang dimumikan layaknya manusia dan dimakamkan dengan ritual keagamaan khusus.
Di beberapa situs arkeologi, ditemukan ribuan mumi kucing di dalam peti batu kecil, sering kali bersama persembahan berupa susu, perhiasan, dan mainan.
Mumi-mumi ini bukan sekadar simbol cinta terhadap hewan, tapi juga persembahan untuk Dewa Bastet, agar memberikan perlindungan bagi pemiliknya di alam baka.
Kucing dalam Ekonomi dan Politik
Menariknya, kucing juga memengaruhi ekonomi dan politik Mesir Kuno.
Kucing dianggap harta berharga; mereka tidak boleh dijual ke luar negeri.
Namun, pedagang asing dari Yunani dan Fenisia sering mencuri kucing untuk dijual di luar Mesir dan ketika itu terjadi, pemerintah Mesir mengirim pasukan untuk mengambil kembali kucing mereka!
Arti Simbolik Kucing dalam Budaya Mesir
Dalam kepercayaan Mesir, kucing melambangkan:
- Kecerdikan dan keanggunan
- Keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan
- Pelindung dari kekuatan jahat dan roh gelap
Sifat kucing yang bisa lembut tapi juga ganas jika terancam membuatnya sempurna sebagai simbol keseimbangan alam.
Pelajaran dari Kisah Ini
Kisah ini menunjukkan betapa tingginya rasa hormat orang Mesir terhadap alam dan makhluk hidup.
Bagi mereka, kucing bukan sekadar hewan peliharaan, tapi makhluk suci yang menghubungkan manusia dengan dunia spiritual.
Sebuah pengingat bahwa hubungan manusia dengan hewan bisa lebih dalam dari sekadar kasih sayang bisa menjadi bentuk penghormatan terhadap kehidupan itu sendiri.