Ketika mendengar kata samurai, yang muncul di benak kita biasanya adalah sosok pria bersenjata katana, dengan baju zirah khas Jepang, dan kode kehormatan bushido yang terkenal. Namun, tahukah kamu bahwa dalam sejarah Jepang juga ada samurai perempuan? Mereka dikenal dengan sebutan onna-bugeisha perempuan pejuang yang tak kalah gagah, berani, dan tangguh dibandingkan samurai pria.
Kisah samurai perempuan jarang diangkat dalam cerita populer, tetapi keberadaan mereka nyata dan berperan penting dalam sejarah Jepang, terutama pada masa peperangan. Artikel ini akan membahas berbagai fakta unik tentang samurai perempuan yang mungkin jarang kamu ketahui.
Siapa Onna-Bugeisha?
Istilah onna-bugeisha berarti “wanita pejuang”. Mereka berasal dari kelas bangsawan atau samurai, yang dilatih menggunakan senjata untuk melindungi keluarga, desa, atau kastil ketika kaum pria pergi berperang.
Senjata utama yang biasa digunakan onna-bugeisha adalah naginata sejenis tombak panjang dengan bilah melengkung di ujungnya. Senjata ini dianggap ideal untuk perempuan karena memberikan jarak tempur lebih aman serta mampu menahan lawan yang lebih besar dan kuat.
Tokoh Terkenal Samurai Perempuan
- Tomoe Gozen (abad ke-12) Salah satu figur paling legendaris. Ia bertarung dalam Perang Genpei (1180–1185) antara klan Taira dan Minamoto. Tomoe dikenal berani, ahli memanah, dan mahir menggunakan pedang. Dalam kronik Heike Monogatari, Tomoe disebut sebagai wanita yang cantik sekaligus sangat tangguh di medan perang.
- Nakano Takeko (abad ke-19) Ia berperang dalam Perang Boshin (1868), sebuah konflik yang menandai akhir era samurai dan awal modernisasi Jepang. Nakano memimpin pasukan perempuan bernama Joshitai di domain Aizu. Ia gugur dalam pertempuran, tetapi keberaniannya dikenang hingga kini.
- Hōjō Masako Istri dari Minamoto no Yoritomo, pendiri shogun Kamakura. Masako bukan hanya pejuang, tetapi juga tokoh politik kuat yang dijuluki “Nun Shogun” karena pengaruhnya meski menjadi biarawati setelah suaminya wafat.
Peran Strategis Samurai Perempuan
Tidak semua onna-bugeisha bertempur langsung di garis depan. Banyak dari mereka memiliki peran strategis, seperti:
- Mengatur pertahanan kastil saat para pria pergi berperang.
- Melatih anak-anak dan perempuan muda dalam bela diri agar mampu menjaga rumah tangga.
- Menjadi simbol moral dan keberanian di masyarakat, memperkuat semangat para prajurit laki-laki.
Dengan kata lain, samurai perempuan bukan sekadar petarung, melainkan juga penjaga kehormatan dan keluarga.
Kode Kehormatan dan Peran Gender
Meski budaya Jepang kuno lebih menempatkan pria sebagai prajurit, onna-bugeisha menunjukkan bahwa perempuan juga bisa hidup dengan kode bushido:
- Keberanian (yu): menghadapi bahaya tanpa gentar.
- Kehormatan (meiyo): menjaga martabat keluarga dan klan.
- Kesetiaan (chuugi): setia kepada pemimpin dan negara.
Uniknya, meski mereka dilatih bela diri, peran utama perempuan samurai tetap diarahkan pada keluarga. Jadi, keberadaan mereka sering dianggap sebagai “lapisan perlindungan tambahan” bagi masyarakat.
Mengapa Samurai Perempuan Jarang Dikenal?
Ada beberapa alasan mengapa kisah onna-bugeisha jarang terdengar:
- Catatan sejarah ditulis oleh pria. Sejarah Jepang banyak ditulis oleh kronikus laki-laki yang lebih menonjolkan peran samurai pria.
- Budaya patriarki. Perempuan dianggap pelengkap, sehingga peran mereka dalam perang sering diabaikan.
- Romantisasi samurai pria. Dalam film, manga, dan literatur, sosok samurai pria lebih sering dipopulerkan dibanding perempuan.
Peran dalam Budaya Populer
Meski sejarahnya jarang disebutkan, dalam budaya populer modern onna-bugeisha mulai mendapat perhatian. Misalnya:
- Film dan anime: Tokoh perempuan tangguh dengan pedang sering kali terinspirasi dari legenda onna-bugeisha.
- Game: Banyak karakter wanita samurai muncul dalam game Jepang modern.
- Festival tradisional di Jepang: Beberapa daerah mengadakan parade yang menampilkan sosok perempuan dengan kostum samurai untuk mengenang sejarah mereka.
Fakta Unik Tentang Samurai Perempuan
- Naginata sebagai simbol perempuan bangsawan. Di era Edo, naginata bahkan menjadi “perlengkapan wajib” bagi perempuan keluarga samurai.
- Perempuan samurai dilatih sejak kecil. Anak perempuan bangsawan menerima pelajaran bela diri hampir sama dengan anak laki-laki.
- Samurai perempuan juga bisa menjadi pemimpin. Seperti Nakano Takeko yang memimpin pasukan khusus wanita dalam perang.
- Mereka melawan stereotip. Onna-bugeisha membuktikan bahwa keberanian bukan hanya milik pria, tetapi juga perempuan.
- Warisan budaya. Hingga kini, latihan naginata masih populer di Jepang, sering dianggap sebagai warisan seni bela diri yang identik dengan perempuan.
Penutup
Samurai perempuan atau onna-bugeisha adalah bukti bahwa sejarah tidak selalu sesederhana yang kita bayangkan. Di balik dominasi samurai pria, ternyata ada perempuan tangguh yang berperan penting dalam mempertahankan keluarga, kehormatan, dan bahkan negara.
Dari Tomoe Gozen hingga Nakano Takeko, kisah mereka mengajarkan bahwa keberanian dan kehormatan tidak mengenal gender. Fakta unik tentang samurai perempuan ini mengingatkan kita untuk melihat sejarah dari sudut pandang yang lebih luas, dan memberi penghargaan kepada para perempuan yang ikut membentuk jalannya peradaban Jepang.